Proses home education telah membawa pemahaman bagi kami bahwa "tidak mengetahui" itu tidak salah. Malahan kami menganggap bahwa "tidak mengetahui" adalah sumber dari banyak sekali pengetahuan. Ketika kita menyadari bahwa kita "tidak mengetahui", itu adalah saatnya bagi kita untuk belajar. Itu adalah tanda bahwa manusia siap belajar.
Belajar itu bukan proses yang mudah. Belajar membutuhkan pengakuan bahwa kita tidak mengetahui, belajar juga membutuhkan keberanian untuk keluar dari zona aman, untuk jatuh dalam kesalahan, untuk tampak bodoh diantara teman-teman, dan bahkan mengalami kegagalan. Semua ini adalah hal yang terasa tidak menyenangkan.
Jika selama ini kita bicara tentang keharusan untuk belajar ini-itu bagi anak, apakah belajar yang kita maksud itu sudah betul-betul "belajar" bagi anak? Apakah itu bukan hanya suatu usaha menjejalkan pengetahuan dan informasi di otak anak, namun tidak dirasa sebagai suatu proses belajar oleh anak?
Dalam home education, orang tua memiliki banyak sekali waktu, banyak sekali kesempatan untuk belajar dalam arti yang sesungguhnya bersama anak. Maka mari menengok arti belajar yang bisa kita alami sebagai suatu kebutuhan, bukan kewajiban ini. Sebab dari sini kita bisa melanjutkan dengan proses belajar yang sebenarnya.
Belajar diawali dengan kesadaran anak bahwa dirinya tidak mengetahui apa-apa, dan memiliki kebutuhan untuk mengetahui. Bagaikan cangkir kosong, yang ingin diisi penuh oleh anak dengan pengetahuan yang dia butuhkan. Belajar tidak bisa diawali dengan banyak pengetahuan, itu bagaikan mengisi cangkir yang telah penuh, hasilnya adalah tumpahan yang tidak tertampung lagi. Penerapan dari hal ini adalah : penting bagi anak untuk menyadari kekosongan itu dan kebutuhan untuk mengisinya melalui belajar.
Kesiapan Belajar
Ketika awal-awal masuk persekolahan formal, banyak anak diuji kemampuannya dengan pertanyaan : apakah kamu sudah bisa membaca? Apakah kamu bisa berhitung dari 1-10? Apakah kamu sudah bsa menulis? Ujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah anak telah siap masuk sekolah dasar dan belajar di tingkat sekolah dasar itu.
Itu bagi institusi formal dan non formal lainnya, bahkan ketika anak saya masuk dalam klub robot yang adalah institusi non formal, anak saya juga mengalami test yang serupa. Dia diuji dulu apakah sudah mampu ini-itu.
Bagi keluarga home education, paradigma ini sebenarnya tidak bisa diberlakukan. Kesiapan belajar ditentukan ketika anak siap menerima ide-ide baru, dan bukan pada sejauh apa anak telah memiliki pengetahuan.
Dalam proses belajar, penting juga untuk menghindari frustrasi pada diri anak, berikan ketenangan hingga mereka bisa merasa siap untuk pelajaran berikutnya. Hey, kita home education, apa yang membuat kita terburu-buru? Tidak perlu mengenakan penjadwalan formal beserta detail waktunya dalam home education kita, yang penting kita belajar dengan sebenarnya.
Penghargaan Pada Cara Belajar
Kesiapan belajar juga harus diikuti dengan pengakuan pada cara belajar yang berbeda untuk tiap anak. Perlu diingat bahwa kita tidak bisa memaksakan cara belajar kita pada anak, juga kecepatan belajar kita pada anak.
Begitu juga ada saatnya anak bisa belajar dengan cepat, namun di lain waktu bisa jadi sangat lambat. Perlu pemahaman yang menyeluruh untuk hal ini. Anak sebagai pribadi juga memiliki kebutuhan untuk dihargai cara belajarnya.
Kesalahan Itu Baik
Ada suatu saat dimana anak mengalami kesalahan dalam belajarnya. Kemarin sudah diajarkan, namun hari ini lupa. Sebenarnya ini sangat manusiawi.
Jika hal ini terjadi, yang bisa kita lakukan adalah tetap mengajak anak belajar dan meminta mereka melakukan apa yang mereka bisa, tanpa berputar-putar pada kesalahan mereka, karena ini akan menimbulkan frustrasi dalam diri anak. Lalu diakhir proses belajar, ajak anak untuk menganali apa yang menyebabkan mereka melakukan kesalahan itu. Hasil analisa itu bisa didokumentasikan melalui tulisan atau gambar. Simpanlah gambar/tulisan itu. Jika anak melakukan kesalahan yang sama, tunjukkan padanya agar dia ingat tentang penyebab kesalahan dan malah bisa memperbaiki kesalahannya sendiri. Ini adalah proses membuat koneksi dalam belajar. Ini penting agar anak selalu bisa menarik benang merah untuk proses belajarnya sendiri.
Kepercayaan
Ada hubungan antara anak dan orang tua dalam belajar yang tidak tertulis : anak siap belajar dan orang tua bersedia membimbing anak dalam proses belajarnya. Dalam hal ini anak harus memiliki kepercayaan pada orang tua bahwa orang tua akan membimbingnya dengan baik. Implikasinya, orang tua harus bisa menunjukkan bahwa dirinya bisa dipercaya anak.
Bukan dengan menjadi sumber pengetahuan yang mengetahui apapun dan bisa menjawab segala pertanyaan anak, karena hubungan belajar dalam home education adalah bersama-sama belajar. Yang terpenting adalah menanamkan kepercayaan melalui kesabaran untuk tidak terburu-buru belajar hal baru sampai anak benar-benar siap melangkah ke tahap berikutnya. Ini akan memberikan ketenangan dalam proses belajar anak dan keyakinan bahwa kita setia membimbing anak.
Yang penting dan tidak boleh ketinggalan dalam proses belajar adalah keterlibatan. Keterlibatan anak dan orang tua. Lepaskan segala pikiran yang lain untuk sejenak ketika ada dalam proses belajar ini, terlibatlah penuh. Maka ini akan jadi proses belajar yang menyenangkan. Dan akan ada banyak kejutan di sana, seperti yang seringkali kami alami, bahwa belajar menjadi 2 arah, bahkan ada saatnya anak menjadi pembimbing saya dalam proses belajar itu.
Belajar itu bukan proses yang mudah. Belajar membutuhkan pengakuan bahwa kita tidak mengetahui, belajar juga membutuhkan keberanian untuk keluar dari zona aman, untuk jatuh dalam kesalahan, untuk tampak bodoh diantara teman-teman, dan bahkan mengalami kegagalan. Semua ini adalah hal yang terasa tidak menyenangkan.
Jika selama ini kita bicara tentang keharusan untuk belajar ini-itu bagi anak, apakah belajar yang kita maksud itu sudah betul-betul "belajar" bagi anak? Apakah itu bukan hanya suatu usaha menjejalkan pengetahuan dan informasi di otak anak, namun tidak dirasa sebagai suatu proses belajar oleh anak?
Dalam home education, orang tua memiliki banyak sekali waktu, banyak sekali kesempatan untuk belajar dalam arti yang sesungguhnya bersama anak. Maka mari menengok arti belajar yang bisa kita alami sebagai suatu kebutuhan, bukan kewajiban ini. Sebab dari sini kita bisa melanjutkan dengan proses belajar yang sebenarnya.
Belajar diawali dengan kesadaran anak bahwa dirinya tidak mengetahui apa-apa, dan memiliki kebutuhan untuk mengetahui. Bagaikan cangkir kosong, yang ingin diisi penuh oleh anak dengan pengetahuan yang dia butuhkan. Belajar tidak bisa diawali dengan banyak pengetahuan, itu bagaikan mengisi cangkir yang telah penuh, hasilnya adalah tumpahan yang tidak tertampung lagi. Penerapan dari hal ini adalah : penting bagi anak untuk menyadari kekosongan itu dan kebutuhan untuk mengisinya melalui belajar.
Kesiapan Belajar
Ketika awal-awal masuk persekolahan formal, banyak anak diuji kemampuannya dengan pertanyaan : apakah kamu sudah bisa membaca? Apakah kamu bisa berhitung dari 1-10? Apakah kamu sudah bsa menulis? Ujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah anak telah siap masuk sekolah dasar dan belajar di tingkat sekolah dasar itu.
Itu bagi institusi formal dan non formal lainnya, bahkan ketika anak saya masuk dalam klub robot yang adalah institusi non formal, anak saya juga mengalami test yang serupa. Dia diuji dulu apakah sudah mampu ini-itu.
Bagi keluarga home education, paradigma ini sebenarnya tidak bisa diberlakukan. Kesiapan belajar ditentukan ketika anak siap menerima ide-ide baru, dan bukan pada sejauh apa anak telah memiliki pengetahuan.
Dalam proses belajar, penting juga untuk menghindari frustrasi pada diri anak, berikan ketenangan hingga mereka bisa merasa siap untuk pelajaran berikutnya. Hey, kita home education, apa yang membuat kita terburu-buru? Tidak perlu mengenakan penjadwalan formal beserta detail waktunya dalam home education kita, yang penting kita belajar dengan sebenarnya.
Penghargaan Pada Cara Belajar
Kesiapan belajar juga harus diikuti dengan pengakuan pada cara belajar yang berbeda untuk tiap anak. Perlu diingat bahwa kita tidak bisa memaksakan cara belajar kita pada anak, juga kecepatan belajar kita pada anak.
Begitu juga ada saatnya anak bisa belajar dengan cepat, namun di lain waktu bisa jadi sangat lambat. Perlu pemahaman yang menyeluruh untuk hal ini. Anak sebagai pribadi juga memiliki kebutuhan untuk dihargai cara belajarnya.
Kesalahan Itu Baik
Ada suatu saat dimana anak mengalami kesalahan dalam belajarnya. Kemarin sudah diajarkan, namun hari ini lupa. Sebenarnya ini sangat manusiawi.
Jika hal ini terjadi, yang bisa kita lakukan adalah tetap mengajak anak belajar dan meminta mereka melakukan apa yang mereka bisa, tanpa berputar-putar pada kesalahan mereka, karena ini akan menimbulkan frustrasi dalam diri anak. Lalu diakhir proses belajar, ajak anak untuk menganali apa yang menyebabkan mereka melakukan kesalahan itu. Hasil analisa itu bisa didokumentasikan melalui tulisan atau gambar. Simpanlah gambar/tulisan itu. Jika anak melakukan kesalahan yang sama, tunjukkan padanya agar dia ingat tentang penyebab kesalahan dan malah bisa memperbaiki kesalahannya sendiri. Ini adalah proses membuat koneksi dalam belajar. Ini penting agar anak selalu bisa menarik benang merah untuk proses belajarnya sendiri.
Kepercayaan
Ada hubungan antara anak dan orang tua dalam belajar yang tidak tertulis : anak siap belajar dan orang tua bersedia membimbing anak dalam proses belajarnya. Dalam hal ini anak harus memiliki kepercayaan pada orang tua bahwa orang tua akan membimbingnya dengan baik. Implikasinya, orang tua harus bisa menunjukkan bahwa dirinya bisa dipercaya anak.
Bukan dengan menjadi sumber pengetahuan yang mengetahui apapun dan bisa menjawab segala pertanyaan anak, karena hubungan belajar dalam home education adalah bersama-sama belajar. Yang terpenting adalah menanamkan kepercayaan melalui kesabaran untuk tidak terburu-buru belajar hal baru sampai anak benar-benar siap melangkah ke tahap berikutnya. Ini akan memberikan ketenangan dalam proses belajar anak dan keyakinan bahwa kita setia membimbing anak.
Yang penting dan tidak boleh ketinggalan dalam proses belajar adalah keterlibatan. Keterlibatan anak dan orang tua. Lepaskan segala pikiran yang lain untuk sejenak ketika ada dalam proses belajar ini, terlibatlah penuh. Maka ini akan jadi proses belajar yang menyenangkan. Dan akan ada banyak kejutan di sana, seperti yang seringkali kami alami, bahwa belajar menjadi 2 arah, bahkan ada saatnya anak menjadi pembimbing saya dalam proses belajar itu.