Latest Updates
Selamat berkunjung di sini. Semoga blog ini menjadi media berbagi ilmu sekaligus sebagai pintu masuknya rejeki. Terimakasih atas kunjungannya.

Cara Peringati Maulid Nabi

Sebelumnya saya ingin menyampaikan bahwa Allah SWT merayakan kelahiran MusthofaNya lebih dulu jauh sebelum kita di tiap bulan Rabiul Awwal ini.
Di dalam kitab Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583. 
“Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yg menjadi pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah”.
“Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yg terang benderang hingga pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi”.
“Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yg 1000 tahun tak pernah padam”.
Pertanyaannya adalah kenapa Alloh mentakdirkan itu semua bersamaan dengan kelahiran Nabi? Jawabannya adalah Alloh senang merayakan kehadiran Sang Musthofa.
Ternyata Nabi sendiri juga merayakan kelahirannya.
Mari kita lihat di Shahih Muslim hadits no.1162
Ketika beliau SAW ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw menjawab : “Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan”
Dari sini jelas, Nabi ternyata pribadi yang perhatian pada hari kelahirannya.  Di hari kelahirannya beliau puasa.  Dan ketika ada sahabat bertanya “bagaimana hukum puasa senin” lantas Nabi menjawab dengan jawaban yang jauh lebih menyasar untuk umat “itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan”.
Implisitnya adalah kita tidak hanya dengan puasa untuk memperingati kelahiran Nabi, namun lebih utama kalau diiringi dengan puasa. 
Sahabat juga merayakan kelahiran Nabi
Coba lihat di Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417
Berkata Abbas bin Abdulmuttholib RA : “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul SAW menjawab: “silahkan.., maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas RA memuji dengan  syair yang panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai Nabi SAW) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya di bumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya”.
Ulama’ salaf senang merayakan maulid Nabi
Jalaluddin As Suyuthi menerangkan di dalam Ahaditsul mukhtarah hadis no. 1832
bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau SAW menjadi Nabi, dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdul Muttalib saat usia beliau SAW 7 tahun, dan akikah tidak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau SAW yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau SAW kepada Allah SWT yang telah membangkitkan beliau SAW sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utuk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau SAW dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dengan makanan makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan.
bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.
Merayakan kelahiran Nabi dengan puji-pujian
Dalam kitab Shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485 diterangkan
Rasulullah SAW memperbolehkan Syair pujian di masjid
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yang lalu ditegur oleh Umar RA, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah di sini dihadapan orang yang lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi SAW), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah RA dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul SAW menjawab syairku dengan do’a : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?,  maka Abu Hurairah RA berkata : “betul”

Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
Dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata:
”Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kepada orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi SAW sebagai hari besar”.
Dan tentunya beribu-ribu ulama’ yang telah merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Berdiri saat Mahal Qiyam dalam pembacaan Maulid
Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits no.2878, Shahih Muslim hadits no.1768
Mengenai berdiri saat maulid ini, merupakan Qiyas dari kerinduan pada Rasul SAW, dan menunjukkan semangat atas kedatangan sang pembawa risalah pada kehidupan kita, hal ini lumrah saja, sebagaimana penghormatan yg dianjurkan oleh Rasul saw adalah berdiri, sebagaimana diriwayatkan ketika Sa’ad bin Mu’adz RA datang maka Rasul SAW berkata kepada Kaum Anshar : “Berdirilah untuk tuan kalian”.
Di dalam kitab Fathul Baari Almasyhur Juz 11 dan Syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 12 hal 93
Imam Nawawi yg berpendapat bila berdiri untuk penghargaan maka tak apa, sebagaimana Nabi SAW berdiri untuk kedatangan putrinya Fathimah RA saat ia datang, namun ada pula pendapat lain yang melarang berdiri untuk penghormatan.
Terlepas dari hukum berdiri untuk penghormatan, ternyata sehebat apapun fuqoha’ ketika kedatangan Nabi maka mereka pasti akan berdiri, tidak justru akan duduk duduk santai.  Masalah kedatangan Nabi pada waktu mahallul qiyam itu adalah hal yang ghaib dan tidak lantas kita bisa didhohirkan untuk mencapai hukum dhohir.
Wallohu A’lamu Bisshowwab.